SUARABANDUNG.COM – Bapak Direktur Utama Perumda Tirtawening Sonny Salimi selaku Ketua Koordinator Bandung Raya Jabar Bergerak dan Ibu Atalia Praratya selaku Initiator Jabar Bergerak mendatangi rumah salah seorang warga RT 5 RW 1 Kelurahan Sarijadi Kecamatan Sukasari Kota Bandung Ratnasih, Rabu (22/5).
Selain membawa sembako, Sonny Salimi dan Atalia juga datang untuk memastikan sambungan air di rumah tersebut sudah tersambung kembali.
Atalia mengatakan, Jabar Bergerak memiliki program rutin Buka Berkah yang digelar saat Ramadan di 27 kota/kabupaten. Salah satu titik kegiatan Buka Berkah di Kota Bandung adalah Sarijadi.
“Pada waktu kami turun ke Sarijadi, kami temukan berbagai fenomena di masyarakat macam-macam ya. Dari mulai terkait sekolah, pekerjaan termasuk juga dengan kebutuhan rumah yang sangat fundamental yang sangat viral yaitu terkait dengan air,” ungkap Atalia.
Dikatakannya, ada sebuah rumah milik ibu Ratnasih yang berukuran 2,5 x 2,5 meter yang diisi 14 orang. Saat itu beliau curhat dan mengeluh tidak ada air. Karena sudah lama, Ratna tidak bayar tagihan air sehingga diputus sambungannya dan itu sudah berlangsung cukup lama.
“Alhamdulillah, kita bersyukur karena ternyata di Perumda Tirtawening Kota Bandung ada program untuk warga kurang mampu,” ungkapnya.
“Ternyata, ada nilai-nilai tertentu yang ditawarkan pada masyarakat kepada pelanggan bila mereka memiliki kesulitan untuk membayar terutama bagi mereka yang berasal dari keluarga tidak mampu, itu ada tarif khusus. Namanya tarif sosial,” terangnya.
Atalia pun mensyukuri adanya program tarif sosial ini. Namun informasi seperti ini tidak didapatkan secara luas oleh masyarakat.
“Sehingga saat mereka kesulitan, tidak bisa membayar dan akhirnya diputus ya tentu sangat merugikan apalagi bagi keluarga dengan jumlah yang banyak. Tentu kualitas hidup pun jadi kurang baik karena ini masalah yang sangat vital,” ujarnya.
Sementara itu, Dirut Perumda Tirtawening Kota Bandung Sonny Salimi mengatakan, untuk tarif air ada beberapa golongan.
“Kita itu, untuk keluarga atau masyarakat berpenghasilan rendah kita bisa terapkan tarif golongan sosial. Harganya itu sekarang masih Rp 1000 per meter kubik, kalau harga pertama itu Rp 2.000,” ungkap Sonny.
Sebetulnya, ungkap Sonny, bila warga membayar Rp 25.00-50.000 cukup mudah. Namun di rumah Bu Ratna terdapat 14 orang jiwa. “Tapi yang menarik, terjadinya sengketa,” ungkapnya.
Sambungan air ke rumah tersebut hanya satu, namun digunakan tiga keluarga. Saat membayar tidak mau urunan.
“Kemarin diputus gara-gara tunggakan banyak, mungkin tadi karena sengketa. Airnya pada mau pakai, tapi pas bayar enggak mau urunan,” ujarnya.
“Makanya tadi saya tegaskan, kemarin kita putihkan (tunggakannya, red) dan sudah dipasang. Kedepan sok urunan, kalau enggak mau urunan diputus,” terangnya.
Untuk pelanggan yang masuk dalam golongan tarif sosial sekitar 3000 pelanggan. Warga yang bisa masuk tarif sosial adalah masyarakat berpenghasilan rendah di bawah Rp 4 juta, sambungan listriknya maksimal 900 watt.**